OJK: Tingkat Literasi Keuangan Pelajar di Bawah Rata-Rata Nasional

netizennow.com, JAKARTA — Direktur Jenderal Pengawasan, Edukasi, dan Perlindungan Konsumen Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Frederica Vidyasari Devi mengatakan tingkat literasi dan literasi keuangan siswa berada di bawah level. Rata-rata nasional yang setara.

Berdasarkan Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLKI) yang dilakukan OJK pada tahun 2022, total angka melek huruf dan partisipasi empat siswa masing-masing sebesar 47,56 persen dan 77,80 persen. Indeks ini berada di bawah indeks keuangan nasional yang masing-masing sebesar 49,68 persen dan 85,10 persen.

Read More

“Kalau ditanya 10 siswa, sekitar 4-5 orang paham keuangan, selebihnya tidak paham atau tidak paham keuangan dll. Kalau di pendahuluan sekitar 77, yaitu 10 siswa atau dari perguruan tinggi. Siswa ditanya, 7 sudah produk keuangan,” Madubar (22/1/2024) kata Frederica dalam kegiatan edukasi keuangan untuk siswa SMA/sederajat di Indonesia Banking School di Jakarta.

Menariknya, tingkat inklusi lebih tinggi dibandingkan tingkat literasi keuangan. Hal ini menunjukkan bahwa banyak orang yang menggunakan produk keuangan, namun masih belum jelas ketika ditanya produk keuangan apa yang mereka gunakan.

Menurut Frederica, edukasi keuangan sangat penting bagi generasi muda agar tidak terlibat dalam penipuan yang marak terjadi. Misalnya, banyak anak muda yang terdampak karena tergiur ajakan aktivis Dhoni Salmanan dalam kasus penipuan investasi di platform perdagangan Quotex. Begitu pula dengan penipuan robot trading Auto Trade Gold (ATG) yang dilakukan penipu bernama Wahyu Kenzo.

Frederica menilai banyak ide yang membuat generasi muda tergoda untuk mengikuti ajakan influencer dan sejenisnya. Dari Takut Ketinggalan (FOMO), Kamu Hanya Hidup Satu (YOLO), hingga Takut Pendapat Orang Lain (FOPO).

Contoh mentalitas FOPO di kalangan anak muda adalah mereka dapat dengan mudah mengajukan pinjaman di Internet, namun ternyata hal tersebut ilegal. Disebutkan sebuah kasus dimana seorang pemuda sedang makan malam dengan pacarnya, namun tiba-tiba teman pacarnya datang dan mengajaknya untuk ikut makan malam.

Saat itu hati laki-laki itu ingin berhenti berdetak karena uang di sakunya hanya cukup untuk memberi makan dua orang, karena harga dirinya akhirnya dia menyelipkan ibu jarinya ke bawah meja untuk mengajukan pinjaman online, hanya butuh waktu 10 menit. Uangnya keluar, pinjaman cuma 1,5 juta. Rp 150 juta. Karena selalu mekar, kalau mencuat tiba-tiba. Pinjaman lain-lainnya ilegal, jelasnya.

Saat bunganya terus mekar, pemuda itu akhirnya putus asa karena penagih utang mengejarnya dan orang tuanya khawatir. Padahal dia ingin lulus kuliah dan mencari pekerjaan.

“Jadi hati-hatilah saudara-saudara, makanya kalian datang untuk belajar kecerdasan finansial, ini sangat bermanfaat, agar terhindar dari banyak masalah yang mungkin timbul dari kalian karena kebodohan dan untuk mempersiapkan masa depan kalian dengan baik, persiapkan masa depan yang sejahtera. dan literasi keuangan,” kata Frederica.

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *