Pengunjung Picnic Over the Hill Vol.2 Naik 2 Kali Lipat Meski Digelar Berbayar, Bukit Parapuar Labuan Bajo Makin Diminati

netizennow.com, Jakarta – Beroperasinya destinasi wisata baru di Labuan Bajo mendapatkan momentumnya. Setelah sukses implementasi Jilid 1, Picnic on the Hill (POTH) Vol. 2 akhirnya akan dilaksanakan pada tanggal 9-10 Desember 2023 di Bukit Parapuar.

Berbeda dengan sebelumnya, acara ini diadakan secara berbayar. Namun jumlah mereka yang datang meningkat dua kali lipat menjadi 2.000 orang. Mereka didominasi warga Labuan Bajo dan sekitarnya. Ada juga lima wisatawan asing.

Read More

Acara menjadi lebih meriah. Jika POTH Vol 1 hanya menampilkan satu panggung, episode kali ini menampilkan dua panggung dengan desain berbeda, yakni Panggung Senya dan Panggung Pesta. Panggung yang gelap menawarkan suasana romantis dan damai di Taman Parapoir yang juga merupakan titik 0 kawasan tersebut, sedangkan panggung Pesta suasananya lebih meriah.

Dua tingkat hiburan ditawarkan bersama dengan menari dan karaoke untuk memenuhi kebutuhan hiburan para tamu. Salah satu yang memperhatikan hal ini adalah Puput.

“Akhir pekan ini menjadi momen healing bagi saya, dan ketika saya melihat postingan tentang acara ini di media sosial, tanpa berpikir dua kali teman-teman saya dan teman-teman langsung membeli tiket. Sesampainya di sini, ada dua tahap, jadi tadi siang, kita duduk di sebelah panggung Senya, lalu malamnya kita pindah ke Panggung Pesta,” ujarnya, dalam postingan netizennow.com, 20 Desember.

Di panggung hiburan, Persatuan Artis, Musisi, Penyanyi dan Paduan Suara Mangarai Barat (PAPPRI), Sanggar Vela Rana, Kamus Band, Dinamis, St. Yowja, Oldwall, dan banyak talenta lokal tampil. Glenn Sebatian, Justy Aldrin, Mukarakat dan Saikoji. Felix Edon dari Sangar Vela Rana mengaku senang karena mendapat kesempatan untuk mengikuti acara tersebut.

“Kami baru sampai dari Ruteng dan sesampainya di sini (Parapuar), kekeringan langsung hilang, indah sekali,” kata Sangar Vela Rana, pendiri dan Ketua PAPPRI Kabupaten Manggarai.

Acara ini menampilkan 20 usaha kecil dan menengah lokal yang menjual fashion, makanan dan kerajinan, serta truk makanan. Kehadiran UMKM merupakan program POTH Vol.2.

CEO Labuan Bajo Flores mengatakan “Setelah lolos tahap pendaftaran yang diumumkan di media sosial, ada sekitar 20 LSL yang diproses dan memang LSL ini mendominasi di bidang pangan karena sesuai dengan tema piknik yang kami usulkan,” ujar CEO Labuan Bajo Flores. Badan Pelaksana Pemerintahan (BPOLBF) Shana Fatina.

Dengan jumlah pengunjung yang lebih banyak dibandingkan Jilid 1, total transaksi MSM dalam dua hari acara mencapai Rp30.768.000. Jumlah tersebut hampir 10 juta dari total transaksi event pertama.

Sebaliknya sampah yang terkumpul dari kejadian tersebut meningkat dari 149,6 kg menjadi 173,3 kg. Rinciannya antara lain sampah daur ulang sebanyak 42,2 kg dan sampah sebanyak 131 kg. Anda tahu bahwa jumlah sampah akan semakin meningkat, dan jumlahnya sangat besar.

Namun Shana berharap melalui penerapan POTH yang berkelanjutan, masyarakat khususnya warga kawasan cagar alam Parapuar dapat belajar bersama dan tumbuh mengembangkan pariwisata di dalam dan sekitar kawasan tersebut. “Baik pengelola, budayawan, maupun pelaku industri pariwisata dan produksi lainnya, sebagai pengunjung, agar mengetahui cita-cita pembangunan berkelanjutan dan berbasis pariwisata di kawasan tersebut,” tuturnya.

Kecamatan Parapuar terletak di Hutan Nggorang Bowsi. Pengunjung dapat mengakses dari Jalan Trans Flores, tepat di depan Sinar Flores Carwash atau sekitar 300 meter dari SPBU Wardun (Jl. Trans Flores, Labuan Bajo – Ruteng).

Parapuar Labuan dipilih menjadi nama Kawasan Pariwisata Terpadu di Bajo. Nama ini berasal dari dua kata Mangarai Para yang berarti gerbang atau gerbang dan Puar yang berarti hutan.

Kawasan wisata terpadu tersebut meliputi Hutan Nggorang Bousi seluas 400 hektar. Lahan hutan dulunya berupa kayu, banyak pohon yang ditebang dan dibakar, setiap tahun air dan tanah digantikan dengan beberapa tanaman.

Kabupaten ini terdiri dari dua desa, yaitu Desa Golo Bilas dan Desa Gorontalo, serta Desa Wa Kelambu, Kecamatan Komodo, Kecamatan Mangarai Barat dan satu kecamatan. Rencananya akan dibangun empat kawasan di lapangan, salah satunya kawasan budaya.

Sebelumnya, Shana mengatakan Parapuar mempunyai ide untuk memperbanyak destinasi dan atraksi wisata di Labuan Bajo. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan jumlah wisatawan dan memperpanjang usia mereka.

Letak Parapuar yang strategis di jantung kota Labuan Bajo tentunya akan membuka banyak peluang bisnis dan pasar baru bagi produk lokal Floratama, tambahnya.

Postingan grup netizennow.com Life pada 3 November 2023 menyebutkan, kawasan budaya tersebut akan dibangun seluas 21,69 hektare dari 114,73 hektare. Kawasan ini akan mencakup Sejarah Komodo, Taman Pertunjukan, Museum, Wisata Pertanian, Galeri Budaya, Pemandangan Flores Berapi-api, Bukit Doa dan masih banyak fasilitas wisata lainnya.

“Maksud kawasan ini sebagai pameran budaya Flores, Lembata, Alor dan Bima (Floratama) serta menunjukkan keunikan dan keragaman budaya lokal kepada wisatawan,” kata Shana.

Shana menjelaskan, Zona Budaya akan menjadi versi kecil dari budaya Floratama. Maka akan dilengkapi dengan cerita-cerita tradisional yang berkaitan dengan sejarah Mangarai, Flores, Alor, Lembata dan Bima, termasuk kisah komodo yang berkembang menjadi sejarah.

Di kawasan budaya, mereka menawarkan berbagai kegiatan budaya, antara lain tari, musik, musik, instalasi rumah, kuliner, dan permainan tradisional. Nampaknya kawasan ini akan menjadi Taman Mini di Nusa Tenggara Timur.

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *