Mengenal Leptospirosis, Gejala dan Pencegahannya

netizennow.COM – Leptospirosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Leptospira.

Menurut Institute of Local Health, bakteri Leptospira menyebar melalui urin atau darah hewan yang terinfeksi.

Read More

Hewan yang berperan sebagai vektor penularan leptospirosis antara lain tikus, sapi, anjing, dan babi.

Penyakit kusta dapat tertular jika bersentuhan dengan urin hewan atau bersentuhan dengan air atau tanah yang terkontaminasi.

Selain itu, penyakit ini dapat ditularkan melalui konsumsi makanan yang terkontaminasi urin hewan pembawa bakteri Leptospira.

Di musim hujan saat ini, Anda patut mewaspadai penyebaran bakteri Leptospira.

Penyebabnya karena terdapat genangan air di sekitar lingkungan yang dapat menjadi sumber penyakit leptospirosis.

Lalu apa saja tanda dan pencegahan agar terhindar dari leptosporosis? Gejala Penyakit Kusta

Juga di yankes.kemkes.go.

Gejalanya meliputi demam, sakit kepala, mual, muntah, dan kelaparan.

Lalu diare, mata merah, nyeri otot, sakit perut.

Selain itu, bintik merah yang menempel di kulit tidak kunjung hilang. Pencegahan Leptospirosis

Pelajari tindakan pencegahan penting untuk mencegah Leptospirosis.

Bagaimana tidak, yaitu.

1. Kenakan sarung tangan dan sepatu bot saat membersihkan rumah/air

2. Cuci tangan pakai sabun setelah selesai beraktivitas.

Jika Anda mengalami gejala leptospirosis, segera bawa ke pusat kesehatan terdekat.

Ini berarti mencari pertolongan medis sesegera mungkin. Penyakit kusta terjadi pada tahun 2013 di Solo

Dikutip TribunSolo.com, kasus meninggalnya warga Kelurahan Kadipiro, Kecamatan Banjarsari, Kota Solo yang diduga terjangkit virus leptospirosis menyedot perhatian publik.

Namun ternyata kasus tersebut terjadi pada tahun 2023.

Petugas Kesehatan Kota (DKK) Solo Setiwati mengatakan, kasus leptospirosis di Solo tahun 2023 tercatat 8 orang dari catatan DKK Solo.

Sepowati mengatakan, empat warga meninggal karena delapan kasus leukemia.

Tahun 2023 ada 8 kasus dan 4 kematian, kata Setyowati, Senin (25/3/2024) saat diverifikasi TribunSolo.com.

Namun pada tahun 2022, Setiwati memastikan tidak ada catatan penyakit kusta di Sulu.

Sementara itu, meninggalnya SH (60), warga Desa Kadipiro, menarik perhatian publik dalam beberapa hari terakhir.

Setyowati membenarkan, belum diketahui pasti apakah penyebabnya tertular virus leptospirosis.

Hal itu dibenarkan Setyowati dari hasil Rapid Diagnostic Test (RDT) korban.

Setyowati menjelaskan: “Saya curiga mereka masih menderita leptospirosis. Hasil RDT awal negatif karena gejala berhenti. Harus dilakukan pemeriksaan, tapi pasiennya sudah meninggal.’

Lebih lanjut, Setiwati mengatakan pihaknya bekerja sama dengan beberapa instansi untuk melakukan pencegahan virus kali ini.

“Dinas kesehatan dan puskesmas memperkuat edukasi masyarakat, PHBS (pola hidup bersih dan sehat), serta menjaga lingkungan,” kata Setowati.

Ia juga mengimbau masyarakat segera ke fasilitas kesehatan jika merasakan gejala.

“Lakukan perawatan kesehatan jika mengalami gejala yang tidak dapat diatasi dengan pengobatan sendiri,” tutupnya. “Tidak ada kata terlambat untuk membawa orang ke fasilitas medis.”

Tikus SH didiagnosis mengidap penyakit lain sebelum mati akibat infeksi saluran kemih.

Warga Desa Kadipiro, Kecamatan Banjarsari, Kota Solo ini meninggal dunia pada 21 Maret 2024.

Artikel ini tayang di TribunSolo.com Penyebab Saluran Kemih Tikus di Solo, 8 Penyebab, 4 Warga Meninggal di 2023

(netizennow.com/Suci Bangun DS, TribunSolo.com/Andreas Christophorus Febrianto)

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *