Polio Bukan Infeksi Sepele, Bisa Picu Lumpuh Layu hingga Gagal Napas

netizennow.com, Jakarta Kasus polio di Jawa Tengah dan Jawa Timur mendapat perhatian serius dari pemerintah. Sebab, infeksi virus polio bukanlah penyakit ringan dan harus ditangani secara serius.

Seperti yang diungkapkan ahli epidemiologi Dicky Budiman. Menurutnya, poliomielitis atau poliomielitis merupakan penyakit yang sangat serius karena dapat menimbulkan dampak kesehatan jangka panjang.

Read More

Polio atau poliomielitis merupakan penyakit yang serius, sangat serius dan dapat menimbulkan dampak kesehatan jangka panjang, termasuk kelumpuhan permanen, kata Dickey kepada Health netizennow.com melalui pesan suara, seperti dilansir Selasa (9/1/2023).

“Dan beberapa risiko yang terkait dengan infeksi polio umumnya terkait dengan dampaknya terhadap fungsi saraf dan otot,” tambahnya.

Kelumpuhan otot akibat infeksi virus polio biasanya terjadi pada ekstremitas, terutama tungkai dan kaki. Kelumpuhan ini bisa bersifat sementara, namun bisa juga permanen tergantung tingkat keparahannya. Padahal, efek ini baru terasa 10-20 tahun setelah terinfeksi.

Selain itu, risiko tertular poliomielitis atau poliomielitis terletak pada virus polio yang menyerang otot pernapasan sehingga menyebabkan kesulitan bernapas atau bahkan gagal napas.

Pada tahun 1900-an, banyak pasien polio yang terselamatkan dari kematian berkat mesin selang yang membantu mereka bernapas.

“Ini merupakan indikasi jelas dampak serius dari infeksi polio ini.”

Tidak berhenti sampai di situ, infeksi virus polio juga dapat menyebabkan atrofi otot, lanjut Dickey.

“Atrofi adalah penurunan, sehingga otot mengecil karena hilangnya sel-sel saraf. Dan di sini atrofi otot menyebabkan kelemahan pada otot, sehingga tidak dapat melakukan gerakan dalam rentang gerak yang terbatas.”

Selain itu, kata Dickey, infeksi polio juga dapat mengganggu fungsi saluran pencernaan. Salah satunya adalah kesulitan menelan.

“Dampak psikologis dari stroke dan keterbatasan fisik dapat berupa stres, depresi, dan isolasi sosial yang berdampak jangka panjang,” jelas Dickey.

Angka kematian akibat polio relatif rendah, lanjut Dickey, namun kematian masih bisa terjadi pada kasus yang parah. Salah satu kasus poliomielitis yang serius, yang dapat menyebabkan kematian, melibatkan otot-otot pernapasan.

Penyakit menular, seperti dijelaskan Dickie sebelumnya, poliomyelitis atau poliomielitis disebabkan oleh virus polio. Virus ini melumpuhkan saraf bahkan bisa menyebabkan kematian.

“Virus ini menyerang sistem saraf dan menyebabkan peradangan pada sumsum tulang belakang,” kata Dickey.

Ia menambahkan tiga jenis virus polio: tipe 1, tipe 2, dan tipe 3. Penyakit ini menular melalui kontak langsung melalui kotoran orang yang terinfeksi, serta melalui droplet atau cipratan air liur.

Secara historis, polio telah ada selama sekitar sepuluh ribu tahun.

“Secara historis, poliomielitis telah ada sejak sepuluh ribu tahun yang lalu, namun pemahaman tentang poliomielitis baru dicapai pada abad ke-20. Salah satunya adalah pengembangan vaksin polio yang dilakukan Jonas Salk pada tahun 1955,” kata Dickey.

Vaksin polio juga sedang dikembangkan di Indonesia. Faktanya, vaksin polio ini telah diekspor ke berbagai negara di dunia.

Lebih lanjut Dickey mengatakan, program pemberantasan atau penghapusan polio di dunia sebenarnya sudah digagas pada tahun 1988 oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

“Dan hal ini telah mengurangi kejadian polio di seluruh dunia. Tapi belum. Dan FYI, polio merupakan penyakit yang saat ini masih berstatus Public Health Emergency International Concern (PHEIC). Hal ini juga menjadi perhatian global. ,” dia berkata .

Dengan kata lain, lanjut Dickey, PHEIC tidak harus selalu mengacu pada epidemi, tetapi juga penyakit yang mewabah seperti polio.

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *