Wamenkes Khawatir Orangtua yang Biarkan Anaknya Tumbuh Gemuk, Waspada Jadi Tabungan Penyakit

Reporter netizennow.com, Reena Ayew melaporkan

netizennow.COM, JAKARTA — Wakil Menteri Kesehatan (Womenx RI) Prof. Dante Saxono Harbuwono, Sp.PD, KEMD, Ph.D mengungkapkan keprihatinannya terhadap angka obesitas pada anak di Indonesia yang terus meningkat seiring dengan persiapan Indonesia menuju “Generasi Emas” pada tahun 2024.

Read More

Obesitas pada masa kanak-kanak merupakan masalah kesehatan di Indonesia yang banyak menyerang anak-anak dan remaja.

“Kita juga perlu mempersiapkan anak-anak Indonesia untuk lepas dari obesitas dengan memberikan contoh konsumsi makanan yang sehat,” kata Dante saat diskusi multilateral di Jakarta, Selasa (3/5/2024).

Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) atau obesitas, pada tahun 2018, 1 dari 5 anak usia sekolah (20 persen atau 7,6 juta) dan 1 dari 7 remaja (14,8 persen atau 3,3 juta) di Indonesia mengalami kelebihan berat badan. Siti Raisa Rahayu, putri Tabroni (33) dan Marlina (35) berusia 7 bulan, warga Kabang Bungin, Wilayah Bekasi, mengalami obesitas dengan berat badan mencapai 15 kilogram. (Instagram @BeritaCikarang)

Obesitas pada anak juga dapat menyebabkan resistensi insulin dan berdampak pada diabetes serta penyakit kardiovaskular.

“Melalui kolaborasi strategis dengan seluruh pemangku kepentingan, kami yakin hal ini akan membantu memperkuat upaya sosialisasi mengenai faktor risiko obesitas pada anak dan cara pencegahannya,” ujarnya.

Dante mengatakan, anak gemuk identik dengan disebut lucu dan berharga, meski orang tua harus berhati-hati.

Di balik kelucuan dan kekaguman anak-anak penderita obesitas, tersembunyi “perlindungan terhadap penyakit” yang berhubungan dengan jantung dan pembuluh darah.

“Membiarkan anak menjadi gemuk berarti menghemat uang untuk penyakit pembuluh darah,” kata Dante. Tanda-tanda obesitas pada anak, gambaran anak lebih banyak duduk dibandingkan aktivitas fisik. (telegraph.co.uk)

Direktur Eksekutif Asosiasi Anak Internasional, Prof. Dr dr Aman Bhakti Pulungan, Sp.A(K), menjelaskan obesitas pada anak diukur menggunakan kurva acuan yang mencakup pengukuran berat badan dan tinggi badan.

Jika kurva menunjukkan angka persentil di atas 85, berarti kelebihan berat badan. Jika persentilnya di atas 95, kita bisa membicarakan obesitas. Jika seorang anak telah mengalami obesitas selama bertahun-tahun, warna leher kehitaman atau tanda-tanda acanthosis nigricans (AN), suatu kondisi kulit yang umum, dapat terjadi. pada anak-anak yang mengalami obesitas

Hati-hati karena kelainan insulin lebih mungkin terjadi pada anak dengan AN dibandingkan pada anak tanpa kelainan yang sama.

Menyatakan kelebihan lemak tubuh juga dapat menyebabkan sesak napas pada anak obesitas, ia menambahkan, menurut data Profesor Aman, sekitar 15 hingga 16 persen anak yang masih duduk di bangku sekolah dasar di Jakarta mengalami resistensi insulin. Meskipun 34% anak sekolah dasar di Jakarta menderita tekanan darah tinggi, risiko terkena diabetes dan penyakit lain pada anak-anak tersebut hampir meningkat.

Pengobatan anak obesitas menganjurkan untuk menghindari makanan olahan, makan lima porsi buah dan sayur sehari, duduk lebih dari dua jam sehari, berolahraga satu jam sehari, dan mengurangi konsumsi gula.

Biasakan membaca informasi kesesuaian pada label pangan (BBC).

Dia Satini Saminarsikh, pendiri dan CEO CISDI menekankan pentingnya membaca label makanan untuk mencegah dan mengobati obesitas pada masa kanak-kanak. Namun, akan sulit bagi orang tua untuk menerapkan pola makan dan gaya hidup sehat jika akses terhadap makanan manis, yodium, dan minuman tinggi gula dibatasi.

Selain itu, faktor harga juga memegang peranan penting. Kalau makanannya murah, orang akan membelinya.

“Kementerian Kesehatan mendorong penerapan peraturan perpajakan terhadap makanan dan minuman yang mengandung pemanis untuk membantu mengurangi konsumsi gula sesuai anjuran pemerintah serta mencegah dan mengobati obesitas serta penyakit terkait obesitas lainnya,” kata Dia.

Duta Besar Denmark untuk Indonesia H.V. Stan Fremodet Nielsen menyatakan dukungannya terhadap upaya bersama partai-partai tersebut.

Obesitas pada masa kanak-kanak merupakan masalah kesehatan masyarakat global tidak hanya di Indonesia tetapi juga di seluruh dunia. Hal ini merupakan masalah serius yang mempengaruhi sistem pelayanan kesehatan nasional.

“Kita memerlukan kerja sama yang erat tidak hanya dari pemerintah tetapi juga dari sektor swasta untuk bekerja sama mengakhiri obesitas pada masa kanak-kanak,” kata Stan Freemot.

Vice President dan General Manager Novo Nordisk Indonesia, Srira Srinivasan, menambahkan bahwa perusahaan telah berkomitmen selama bertahun-tahun untuk mendorong perubahan obesitas dan secara aktif meningkatkan kesadaran dan pendidikan untuk mencegah obesitas pada masa kanak-kanak.

Melalui berbagai inisiatif dan kolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan seperti pemerintah, para ahli, UNICEF dan masyarakat, kolaborasi ini akan meningkatkan akses dan tentunya mengubah kehidupan anak-anak Indonesia.

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *